"Berkhayal lah seluas biru langit, berpikir lah sedalam biru laut, horizontal sama rata sama rasa. Buka jendelamu lalu pandanglah, buka pintumu ayo keluarlah, bebas lepas lepaskan kebebasan. Jangan takut keluarlah, hadapi dunia dengan menari" [Slank Dance].

Friday 13 July 2012

Petualangan Menuju Ranu Kumbolo


Mengawali postingan di bulan Juli ini, aku akan bercerita mengenai perjalananku menuju Ranu Kumbolo, yang berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Sekedar informasi bagi yang belum tahu, Ranu Kumbolo adalah sebuah danau gunung yang luasnya kurang lebih 14 Ha. Ranu Kumbolo berada di ketinggian kurang lebih 2.400 Mdpl, berlokasi di kaki Gunung Semeru dan merupakan salah satu titik berangkat untuk mendaki Gunung Semeru. Biasanya para pendaki berkemah di area Ranu Kumbolo sebelum mendaki Gunung Semeru. Baiklah saatnya cerita petualangan menuju Ranu Kumbolo dimulai, here we go...

05 Juli 2012 
Rencana awal perjalanan menuju Ranu Kumbolo akan diikuti oleh empat orang termasuk aku. Nyatanya pada hari H, dua orang mengundurkan diri. Akhirnya ya tinggal aku dan temanku, Dayat, yang jadi berangkat. Kami berdua memutuskan berangkat berboncengan dengan motorku. Kurang lebih jam 08.00 WIB, kami berdua berangkat menuju Lumajang lewat jalur Jember Selatan. Dengan semangat '45 motor digeber dengan kecepatan sedang. Jam 10.00 WIB kami berdua sudah sampai di pasar Senduro, Lumajang. Di sini kami mengecek kembali barang bawaan kami dan melengkapi logistik yang belum ada, seperti air mineral, bubur instan, dan mie instan (mau bawa dari Jember males, berat di jalan hi..hi..hi).
Cek perlengkapan dan  logistik sudah beres, kurang lebih jam 10.30 WIB perjalanan kami lanjutkan menuju Desa Ranu Pani (area pemukiman terakhir sebelum mendaki menuju Ranu Kumbolo). Perjalanan masih panjang, rute menuju Desa Ranu Pani jalannya amburadul, hampir 75% jalan makadam. Separuh perjalanan, karena merasa capek terpontang-panting batu jalanan, kami pun memutuskan beristirahat sejenak. Sepanjang mata memandang yang ada hanya pepohonan hijau, hawanya begitu sejuk.

Setelah dirasa cukup beristirahat, perjalanan kami lanjutkan. Kurang lebih jam 13.00 WIB, kami pun tiba di Desa Ranu Pani. Selanjutnya kami pun mengurus surat perijinan di Pos Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Menyerahkan surat keterangan sehat, foto copy KTP, mengisi formulir perijinan, mengisi surat pernyataan (lupa nggak bawa materai tersenyum lebar), mengisi daftar barang-barang yang kami bawa, kemudian membayar biaya administrasi, dan akhirnya surat ijin mendaki ke Ranu Kumbolo pun kami kantongi. Selanjutnya kami menitipkan motor kami di area parkir yang sudah disediakan. Kurang lebih jam 13.30 WIB, dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim, kami pun berangkat menuju Ranu Kumbolo.


Woke, perjalanan panjang dimulai, jalan pelan-pelan mengikuti track yang sudah ditentukan. Jalanan mulai menanjak, jantung mulai berdegup kencang, napas ngos-ngosan. Kami istirahat sejenak, menormalkan degupan jantung dan mengatur jalannya napas. Setelah jantung dan napas sudah mulai bisa beradaptasi dengan keadaan, kami lanjutkan lagi perjalanan menyusuri jalan setapak.
Alam menunjukkan keindahannya. Cuaca cerah, hawa sejuk, pepohonan dan bukit hijau terhampar, nyanyian burung, tarian beberapa ekor tupai di atas pohon, bunga dengan aneka warna mengiringi perjalanan kami. Subhanallah... indah nian alam ini.
Saat rasa capek melanda kami pun istirahat sejenak sambil bertegur sapa dengan para pendaki lain. Di rasa istirahat cukup, perjalanan kami lanjutkan, begitu seterusnya. Kami mah orang-orang santai, lebih tepatnya sih kumpulan orang slenge'an alias setengah gila. Sepanjang perjalanan banyak ngelawak. Orang pendaki lain jalan pakai sepatu, minimal pakai sandal gunung, lha si Dayat pakai sandal jepit. Orang pendaki lain kalo' istirahat minum atau makan camilan buat nambah energi, eh kami malah merokok. Orang pendaki lain kalau lagi jalan ada yang mendengarkan musik tuh paling nggak yang didengerin lagu Top 40, lha kita jalan sambil mendengarkan lagu anak-anak... "Aku adalah anak gembala, selalu riang serta gembira.... " berguling di lantai. Nggak masalah, namanya juga kumpulan orang setengah gila, jadi harap dimaklumi aja. Perjalanan semakin menanjak, posisi semakin tinggi, wow... kami serasa berada di negeri atas awan, biutipul. Nggak terasa sore hari mulai menjelang, suasana semakin gelap, senter aku keluarkan untuk menerangi jalan. Kurang lebih jam 18.30 WIB, kami pun sampai di Ranu Kumbolo, posisi kami turun berada di seberang shelter (biasanya orang-orang mendirikan kemah di dekat shelter, di arah barat Ranu Kumbolo). Karena sudah capek dan gelap, akhirnya kami tidak melanjutkan perjalanan ke area shelter tempat orang-orang banyak mendirikan tenda. Kami putuskan untuk mendirikan tenda di tempat kami turun (seberang shelter), hawa dingin mulai menyergap. Setelah tenda berdiri, jaket, sarung tangan, dan kaos kaki dikenakan, kami pun masak mie instan untuk menghilangkan lapar. Makan mie instan diantara dinginnya malam yang bertabur berjuta bintang dan indahnya bulan purnama, sekali lagi sungguh biutipul. Acara makan selesai, kami pun segera masuk tenda dan menutup rapat badan dengan sleeping bag. Bbrrrrr.... dingin menusuk tulang, kaki seperti mati rasa, sepertinya suhu malam itu minus entah berapa derajat. Lha butiran-butiran embun dari kabut yang meresap di tenda jadi kristal es tipis-tipis man...!! Dengan badan sedikit menggigil, kami mencoba untuk bersitirahat memulihkan tenaga dan berharap pagi segera menjelang.

06 Juli 2012
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB, tapi hawa dingin masih menusuk tulang. Dengan malas kami keluar tenda. Wow... jam 07.00 WIB Ranu Kumbolo masih diselimuti kabut tipis, airnya sedingin es. Matahari sebenarnya sudah bersinar, cuaca cerah, tapi karena posisi kami berada di arah timur dan terhalang bukit, otomatis cahaya dan hangatnya matahari belum bisa kami rasakan. Kami hanya bisa memandang kumpulan kemah yang berada di seberang kami, betapa nikmatnya mereka sudah bisa menghangatkan diri pada sinar matahari. Akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan di area sekitar untuk mencari sinar matahari guna menghangatkan badan sambil jeprat-jepret pemandangan yang ada. Setelah puas menghangatkan badan dan menikmati cerahnya pagi, kami pun menyiapkan sarapan. Menu pagi ini adalah bubur instan plus kopi... nikmaaat.
Acara sarapan usai, kami pun bersiap berkemas untuk pindah ke arah sebelah barat Ranu Kumbolo (tempat shelter berada). Perjalanan dari sisi timur Ranu menuju sisi barat nggak begitu jauh, hanya saja jalan setapak memang sedikit menanjak. Akhirnya yihaaa...
Sampai lokasi, kami pun segera mencari tempat mendirikan tenda. Setelah tenda berdiri, Dayat memutuskan untuk beristirahat sejenak, sementara aku berbekal Canon 400D mencoba eksplor area sekitar. Tak lupa mencoba Tanjakan Cinta, yang konon mitosnya kalau kita bisa melewatinya dengan lancar tanpa menoleh ke belakang, maka cinta kita kepada pasangan kita akan abadi, oh so sweet hi..hi..hi. Ternyata Tanjakan Cinta jalannya memang sangat menanjak, cukup berat kalau berjalan ke puncak tanpa beristirahat. Dengan napas ngos-ngosan, akhirnya aku pun berhasil sampai atas Tanjakan Cinta... yeaa. Pemandangannya sungguh luar biasa, dari atas dengan arah pandangan ke timur kita bisa melihat keindahan Ranu Kumbolo, sementara dengan arah pandangan ke barat kita bisa melihat Oro-Oro Ombo (padang ilalang yang sangat luas) sekali lagi is biutipul.
Selepas  itu aku turun kembali ke tenda. Sampai di tenda Dayat sudah bangun, lalu kami pun bikin kopi dan bersantai di depan tenda. Menikmati segelas kopi, rokok, kacang, plus alunan musik Slank dari HP yang tidak bersinyal, oh God... Subhanallah, sungguh nikmat tiada terkira. Di sela-sela bersantai, datang seseorang memberi kami bungkusan logistik, ada kopi, teh, bumbu masak, gula, garam, bahkan beras. Yah, mungkin mereka iba melihat tampang kami dan akhirnya berinisiatif memberikan bantuan langsung tunai kepada kami tertawa.
Perlahan tapi pasti suasana dingin kembali datang, rupanya sore hari telah menjelang. Kabut datang berkali-kali, cuaca terlihat mendung. Layaknya seorang dukun, kami memprediksi kalau nanti malam gerimis akan turun. Untuk berjaga-jaga agar tenda tidak tembus (maklum tenda dome kami hanya tenda murah dengan single layer), akhirnya tenda kami lapisi dengan jas hujan yang aku bawa. Petang menjelang, dan benar prediksi kami, gerimis pun turun. Cuaca semakin dingin, kami pun masuk ke tenda dan melanjutkan acara ngopi dalam tenda. Karena hawa dingin semakin terasa, kami pun masuk ke sleeping bag masing-masing dan akhirnya ZzzZz... tidur.

07 Juli 2012
Hawa masih dingin, jam menunjukkan pukul 05.00 WIB. Alamak... aku harus bangun. Sunrise pagi ini harus diabadikan. Segera aku keluar dari sleeping bag dan membuka pintu tenda, tapi weleh... ternyata cuaca masih mendung dan sepanjang mata memandang ke depan yang tampak hanya kabut, kabut, dan kabut. Tanpa putus asa akhirnya aku tetap bangun, minum, nyalakan rokok, dan keluar tenda kemudian berjalan menuju area yang agak tinggi di belakang tenda. Ternyata di luar sudah ada beberapa orang yang sudah bersiap dengan kamera masing-masing dan ingin mengabadikan momen matahari terbit. Setelah mendapatkan tempat yang dirasa cukup nyaman untuk mengambil view, aku duduk sambil berharap kabut dan mendung segera pergi dan berganti dengan datangnya matahari terbit. Rokok di tangan sudah habis, kembali aku nyalakan rokok baru, itung-itung menghilangkan dinginnya pagi. 1, 2, 3 batang rokok sudah habis, nyatanya pemandangan yang ada tidak berganti, hanya ada kabut, kabut, dan kabut. Beberapa orang yang sejalan dengan keinginanku untuk mengabadikan matahari terbit, satu persatu mulai pergi. Sementara aku masih setia menunggu, menunggu, dan menunggu. Setelah lama menunggu dan ternyata apa yang ditunggu tak kunjung datang, aku pun memutuskan kembali ke tenda. Si Dayat rupanya sudah bangun dan duduk santai di depan tenda. Setelah cuci muka dengan dinginnya air Ranu Kumbolo, kami mulai masak untuk sarapan. Acara masak dan sarapan selesai, dan kami tutup dengan menikmati segelas kopi... santai di depan tenda. Kemudian kami packing, membersihkan sampah dan membuangnya ke tempat pembuangan sampah yang ternyata sudah di sediakan di area Ranu Kumbolo, serta bersiap turun kembali ke Pos Ranu Pani. Setelah semuanya selesai kurang lebih jam 11.00 WIB, kami pun turun ke Pos Ranu Pani. Sepanjang perjalanan kami berinisiatif memunguti sampah-sampah plastik yang berserakan dan dibuang begitu saja oleh orang-orang yang lewat. Ada plastik bekas air mineral, bungkus permen, bungkus mie instan, bungkus coklat, bungkus snack, dan lain sebagainya. Sampah-sampah tadi kami kumpulkan ke dalam tas plastik dan mengikatkannya ke tas carrier kami. Sebuah penghormatan kecil kami terhadap alam. Seharusnya kita sadar diri, alam sudah memberikan keindahannya kepada kita, tapi kenapa kita malah mengotorinya?? Ya nggak?? Yah, semoga ke depannya kita semua diberi kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian alam. Amin. (cieee... tumben kumpulan orang yang sedikit gila bisa berpikir waras) tertawa.

Alhamdulillah perjalanan lancar, karena jalan yang dilalui lebih banyak menurun dari pada menanjak, walau tetap saja bikin kami ngos-ngosan. Kurang lebih jam 15.00 WIB kami sampai di Pos Ranu Pani. Kami pun melapor kembali ke Pos, untuk memberitahukan bahwa kami sudah turun dengan anggota lengkap sesuai dengan laporan sebelum berangkat. Acara laporan selesai, selanjutnya aku ambil motor di bagian parkir, jam 15.30 WIB kami pun pulang kembali ke Jember. Sekali lagi perjalanan lumayan lancar, walau jalan makadam tapi track nya menurun. Ranu Pani - Senduro - Lumajang - Jember (via utara alias jalan utama). 18.30 WIB kami pun selamat sampai rumah. Yeah... petualangan yang menyenangkan, dan suatu saat aku akan kembali lagi untuk mengunjungimu wahai Ranu Kumbolo.

Beberapa Hasil Jepretan
 


share on facebook