Wah mohon mangap, laporan mudik dari Jogja yang seharusnya saya posting tanggal 14 Nopember 2010 yang lalu, terpaksa saya angkat sekarang. Selain habis merasakan nikmatnya sakit sepulang dari Jogja selama 5 hari, kesibukan yang lain juga telah menyita waktu saya
[alasan saja].
Jadi begini, setelah beberapa hari tertunda untuk mudik, akhirnya hari Selasa tanggal 8 Nopember 2010 saya putuskan untuk mudik, rasa penasaran dan kepikiran keluarga di Jogja sudah tidak terbendung lagi. Berangkat hari Selasa jam 20.00 WIB, berharap sampai di Jogja Rabu pagi hari seperti biasa sekitar jam 06.00 WIB. Tapi apalah daya, manusia hanya bisa berharap, toh akhirnya Allah juga yang menentukan. Perjalanan tidak semulus yang diharapkan. Di Saradan, Madiun Jawa Timur bus yang saya tumpangi terjebak macet kurang lebih 5 jam...!!


Pesan dari Bapak untuk mengajak Simbah pindah ke Jember pun tidak terealisasi. Simbah tidak kersa untuk diajak ke Jember. Beliau bilang, di sini aman dan tidak ada apa-apa, kondisi seperti ini sudah lumrah. Semuanya masih aman. "Simbah wis tuwa, arep neng endi-endi wis wegah. Aku tak neng kene wae, nunggoni omah iki. Aku wis tuwa kaya ngene mengko malah ngrepoti sing enom. Neng kene pasrah marang Gusti wae, arep dipulung kapan wae yo mangga. Lha Simbah iki wis tutuk anggone ngrumat anak, putu, buyut". ["Simbah sudah tua, mau kemana-mana sudah malas. Saya di sini saja, nunggu rumah ini. Saya sudah tua begini nanti malah merepotkan yang muda. Di sini pasrah kepada Allah saja, mau 'diambil' kapan saja saya sudah siap. Saya kira sudah cukup rasanya saya merawat anak, cucu, cicit"]. Kesederhanaan yang membuat saya sangat-sangat terharu

Budhe saya saja nggak ikut ngungsi bukan karena nggak takut atau khawatir. Beliau tetap standby di rumah alasannya simpel, selain merasa karena masih dalam zona aman, beliau juga bilang bahwasannya apapun yang terjadi tetap masih enak di rumah sendiri. "Paribasan mangan ora mangan tapi arep ngopo-ngopo iseh penak, ora kaya neng pengungsian". ["Ibaratnya makan nggak makan tapi mau ngapa-ngapain masih enak, tidak seperti di pengungsian"].
Yah... begitulah, semoga saja kondisi di Jogja menjadi semakin baik. Orang-orang yang mengalami musibah diberikan kekuatan untuk menghadapinya. Semoga Jogja bisa tersenyum kembali. Amin.

