Jam di dinding menunjukkan pukul 10 pagi, Ibu saya masuk ke kamar saya dan membangunkan saya. "Ndang tangi Le, terke Ibuk'e neng Bidan, Mbak'e wes arep babaran" [Cepat bangun Nak, antarkan Ibu ke Bidan, Mbakmu sudah mau melahirkan"] teriak Ibu saya. Wess... secepat kilat saya langsung ganti celana panjang dan cuci muka. Walau rasa kantuk sisa begadang menjaga Warnet semalam masih belum hilang, saya sudah nggak peduli.
Saya samber HP, dompet, serta sebungkus rokok dan langsung mengantar Ibu ke Bidan dengan motor. Begitu sampai di rumah Bu Bidan, ternyata Bu Bidannya belum pulang dari Puskesmas tempat beliau bertugas, akan tetapi di situ ada asistennya yang siap membantu proses kelahiran nanti. Kemudian Ibu pun segera menghubungi Mas saya agar segera membawa Mbak saya ke rumah Bu Bidan tersebut.
Beberapa saat kemudian Mas saya datang berboncengan bersama Mbak. Dengan tertatih-tatih dan menahan sakit Mbak saya berjalan menuju rumah Bu Bidan. Saya sulut 1 batang rokok untuk mengusir rasa kantuk yang masih menempel sambil berpikir. "Gila... berat banget nih jadi sosok perempuan yang sedang hamil. Mana saat proses melahirkan yang dipertaruhkan nyawa lagi. Ah... benar-benar kebacut kalau ada seorang anak yang durhaka sama ibunya".
Cukup lama kemudian Bu Bidan pun datang, setelah keadaan dirasa kondusif saya dan Ibu saya pulang kembali ke rumah. Di rumah masih ada pekerjaan ketikan yang harus saya selesaikan.
Sekitar jam 2 siang hari Selasa tanggal 21 September 2010, Alhamdulillah lahirlah dengan selamat sesosok bayi laki-laki. Yah... keponakan baru bagi saya . Kemudian dengan meminjam mobil milik tetangga sebelah rumah, Ibu beserta beberapa tetangga menjemput si bayi. Oiya tidak lupa Vania, anak pertama dari Mas saya juga turut serta dalam rombongan [sepertinya dia sudah nggak sabar pengen lihat adeknya ].
Saya pun kebagian tugas menyiapkan lubang untuk mengubur ari-ari si bayi plus lampu penerangannya. Sementara ibu-ibu tetangga yang lain mulai sibuk memasak di dapur menyiapkan masakan guna selamatan sederhana [biasa disebut Brokohan]. Brokohan sendiri adalah tradisi Jawa yang konon katanya diserap dari bahasa Arab "Barokah", tujuan dari Brokohan tersebut adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas lahirnya seorang anak dengan selamat.
Selepas maghrib rombongan dan bayi datang. Langsung disambut senyum gembira dari pihak keluarga dan tetangga sekitar. Beberapa saat kemudian acara Brokohan pun digelar dengan mengundang tetangga-tetangga dekat. Do'a pun dipanjatkan agar nantinya si bayi bisa menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada orang tua, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Haha... selamat datang wahai "Dimas Fakhri Putra Ariyanto", kenalkan I'm your uncle...
Saya samber HP, dompet, serta sebungkus rokok dan langsung mengantar Ibu ke Bidan dengan motor. Begitu sampai di rumah Bu Bidan, ternyata Bu Bidannya belum pulang dari Puskesmas tempat beliau bertugas, akan tetapi di situ ada asistennya yang siap membantu proses kelahiran nanti. Kemudian Ibu pun segera menghubungi Mas saya agar segera membawa Mbak saya ke rumah Bu Bidan tersebut.
Beberapa saat kemudian Mas saya datang berboncengan bersama Mbak. Dengan tertatih-tatih dan menahan sakit Mbak saya berjalan menuju rumah Bu Bidan. Saya sulut 1 batang rokok untuk mengusir rasa kantuk yang masih menempel sambil berpikir. "Gila... berat banget nih jadi sosok perempuan yang sedang hamil. Mana saat proses melahirkan yang dipertaruhkan nyawa lagi. Ah... benar-benar kebacut kalau ada seorang anak yang durhaka sama ibunya".
Cukup lama kemudian Bu Bidan pun datang, setelah keadaan dirasa kondusif saya dan Ibu saya pulang kembali ke rumah. Di rumah masih ada pekerjaan ketikan yang harus saya selesaikan.
Sekitar jam 2 siang hari Selasa tanggal 21 September 2010, Alhamdulillah lahirlah dengan selamat sesosok bayi laki-laki. Yah... keponakan baru bagi saya . Kemudian dengan meminjam mobil milik tetangga sebelah rumah, Ibu beserta beberapa tetangga menjemput si bayi. Oiya tidak lupa Vania, anak pertama dari Mas saya juga turut serta dalam rombongan [sepertinya dia sudah nggak sabar pengen lihat adeknya ].
Saya pun kebagian tugas menyiapkan lubang untuk mengubur ari-ari si bayi plus lampu penerangannya. Sementara ibu-ibu tetangga yang lain mulai sibuk memasak di dapur menyiapkan masakan guna selamatan sederhana [biasa disebut Brokohan]. Brokohan sendiri adalah tradisi Jawa yang konon katanya diserap dari bahasa Arab "Barokah", tujuan dari Brokohan tersebut adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas lahirnya seorang anak dengan selamat.
Selepas maghrib rombongan dan bayi datang. Langsung disambut senyum gembira dari pihak keluarga dan tetangga sekitar. Beberapa saat kemudian acara Brokohan pun digelar dengan mengundang tetangga-tetangga dekat. Do'a pun dipanjatkan agar nantinya si bayi bisa menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada orang tua, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Haha... selamat datang wahai "Dimas Fakhri Putra Ariyanto", kenalkan I'm your uncle...
3 Komentar:
waah ponakan ya.. cakep namanya.. :D
mas tolong donk link blog saya yang ada di blog ini diganti dengan
link : http://andank.com
author : andank [ dot ] com
@takuya... om-nya juga cakep lho.. ahahaha...
@andank...ok, siap laksanakan..!!
Post a Comment