Kategori : Fiksimini
Hari ini ulangan Matematika. Suasana kelas sangat hening. Pak Guru melolot sambil menelan ludah. Cindy menyingkap rok hingga kelihatan pahanya. Dengan tenang dia menyalin kunci jawaban. Kreatif. [311010-19:12]

Coretan sederhana yang ditulis dengan apa adanya. Tentang aku, kamu, dan mereka...
"Berkhayal lah seluas biru langit, berpikir lah sedalam biru laut, horizontal sama rata sama rasa. Buka jendelamu lalu pandanglah, buka pintumu ayo keluarlah, bebas lepas lepaskan kebebasan. Jangan takut keluarlah, hadapi dunia dengan menari" [Slank Dance].

Bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda [28 Oktober 2010], hampir seluruh Slankers dalam jejaring sosial Facebook, termasuk saya, menggunakan photo profil yang seragam, yaitu logo Slank yang tampak menangis dengan bertuliskan 'Solidaritas Indonesia'. Gambar ini sebagai simbol solidaritas anak-anak Slankers atas bencana yang menimpa Indonesia. Bersama Kita Menangis...
Konser ini bertajuk "Perjalanan Spiritual Iwan Fals Bersama Ki Ageng Ganjur", yang merupakan rangkaian konser religi Iwan Fals di 100 kota di Indonesia. Konser ini biasanya dilaksanakan di Pondok Pesantren dengan maksud agar bisa memaksimalkan tujuan dari konser itu sendiri. Lalu apa sebenarnya tujuan konser tersebut?? Tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai salah satu media untuk berdakwah dan mengajak masyarakat untuk mengaji dan mengingat Allah melalui seni pertunjukan musikal. Acara yang disponsori oleh rokok Djarum tersebut terbuka untuk umum secara gratis...!! [Sumber Photo : Dokumentasi Pribadi dari Hape Murah Meriah]
Banjir seakan sulit lepas dari sisi kehidupan masyarakat di Bumi Nusantara ini. Mulai dari ujung barat hingga ujung timur Nusantara, setiap datangnya musim penghujan hampir bisa dipastikan akan terjadi banjir. Hingga mencapai puncak suatu bencana besar, yaitu banjir bandang yang menimpa saudara-saudara kita di Wasior, Papua Barat. Sungai-sungai yang sekarang banyak dihiasi sampah dan limbah seakan berontak ingin menunjukkan kekuatannya kepada manusia. Ratusan nyawa pun melayang. [Sumber Photo : Tempointeraktif]
Belum berhenti suara tangisan akibat banjir bandang, tangisan di tempat lain pun pecah. Gempa 7,2 SR mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Guncangan gempa pun menimbulkan gelombang Tsunami hingga menyebabkan ratusan orang tewas dan hilang. Seluruh Nusantara tersentak. Seluruh Nusantara kembali berduka. [Sumber Photo : MediaIndonesia]
Belum selesai pencarian korban bencana banjir dan Tsunami, muncullah bencana baru. Jawa Tengah dan Yogyakarta menjadi saksi kedahsyatan Gunung Merapi. Gunung api yang sangat aktif tersebut memuntahkan isinya. Walau evakuasi masyarakat sudah berlangsung sebelum terjadinya letusan gunung, toh bencana ini masih saja menelan korban, utamanya mereka yang masih bertahan di lereng Merapi, termasuk Sang Juru Kunci, Mbah Maridjan yang ditemukan meninggal dalam posisi sujud di dalam rumahnya akibat terjangan 'Wedus Gembel' alias awan panas Gunung Merapi yang panasnya mencapai 600 derajat Celsius. [Sumber Photo : Vivanews]
Saya sendiri juga kurang mengerti apa alasan beliau, hanya menurut pendapat saya pribadi, yang namanya Juru Kunci itu otomatis akan mengunci pintu saat semua orang yang ada di dalam rumah sudah keluar. Beliau hanya akan turun gunung, jika semua masyarakat sudah mengungsi. Selama masih ada masyarakat yang tinggal di sekitar lereng gunung, beliau pun akan tetap bertahan, mengawasi aktivitas Gunung Merapi serta memperingatkan masyarakat sekitar untuk segera mengungsi.



Yah... entahlah.


Copyright © Coretanku. All rights reserved.