Kematian... sebuah kata yang sebagian besar orang enggan untuk membahasnya. Sebuah kata yang terkesan seram dan menakutkan. Demikianlah, dalam kehidupan ini kata 'kematian' seakan dihindari oleh orang-orang, karena kematian berarti kehilangan, kematian berarti kesedihan dan tangisan. Tidak salah memang jika kita menafsirkan seperti itu. Manusiawi.
Padahal kematian adalah sesuatu yang pasti. Ya... kematian pasti datang untuk mengakhiri kehidupan duniawi. Dalam Al-Qur'an surat An-Nisa' ayat 78, Allah SWT berfirman : "Di mana saja kamu berada, kematian akan menemui kamu, walaupun kamu berada dalam benteng yang tinggi dan kokoh”. Dalam surat tersebut dijelaskan di manapun kita berada, jika sudah waktunya, kematian pasti akan datang menjemput kita. Nggak peduli kita lagi berada di sekolah, nggak peduli kita lagi berada di kampus, nggak peduli kita lagi makan di restoran, nggak peduli kita lagi tidur, nggak peduli kita lagi boker di WC, nggak peduli kita lagi asyik ajojing di diskotik, toh kalau sudah waktunya untuk mati, kita pasti mati.
Kematian pun nggak pernah tebang pilih. Siapa saja, entah presiden atau pesinden, entah penjual koran atau penjual kehormatan, entah masih anak-anak, entah masih remaja, kalau tiba saatnya kematian datang, maka nggak bisa ditunda lagi barang sedetik pun. "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan" [Al-Qur'an surat Al-Anbiyaa' ayat 35].
Saya seringkali memikirkan tentang kematian. Bagaimana kelak saya mati? khusnul khotimah atau suu-ul khotimah? Kapan saya mati? 100 tahun lagi kah? Mungkin besok atau mungkin sebentar lagi setelah saya nulis blog? Sudah cukupkah bekal yang saya bawa untuk menghadapi kematian? Jika saya mati, mungkinkah orang-orang yang saya kenal akan ingat dan rindu kepada saya? Saat saya mati nanti, apakah saya akan menyesali kehidupan saya?. Kurang lebih begitulah pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di kepala saya.
Menurut saya nggak salah dan nggak perlu takut untuk memikirkan kematian, karena kematian adalah sesuatu yang pasti. Saya, anda, dan semua orang yang hidup pasti akan mati. Kapan?? Tidak ada yang tahu kapan kematian akan datang, karena sejatinya kematian memanglah sebuah misteri dari Illahi. Sekarang masih sehat bugar, besok pagi bisa saya mati, sore hari masih main sepakbola, malamnya bisa saja mati, siang masih tertawa riang gembira, sorenya bisa saja mati. Sepertinya bijaksana jika kita mempersiapkan sesuatu yang nggak pasti [kehidupan] untuk sesuatu yang pasti [kematian] dengan sebaik mungkin. Nggak perlu saya jelaskan bagaimana mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian. Saya kira anda lebih tahu dan lebih paham dari saya.
Kalau sudah mati, paling-paling yang kita bawa cuma kain kafan putih yang harganya murah meriah. Jaket, sepatu, baju bermerk, motor, mobil, perhiasan yang mahal nggak ikut dibawa. Sendiri di dalam tanah, istri atau suami atau pacar tercinta nggak bakal mau ikut masuk ke dalam tanah. Teman dan sahabat yang sejati pun hanya mengantar sampai kuburan saja, nggak mau menemani sampai masuk ke dalam liang lahat.
".....Tumrap kanggo kabeh manungso. Gelem ora gelem bakal digowo. Dianggoni sandangan putih. Yen wes budal ora iso mulih. Tumpak'ane kereto jowo. Roda papat rupo manungso. Jujukane omah guwo. Tanpo bantal tanpo kloso. Omahe ora ono lawange. Turu ijen ora ono kancane. Ditutupi anjang-anjang. Diurug lan disiram kembang..." [lupa terusannya gimana hehehe], begitulah kurang lebih isi syair Jawa yang menggambarkan tentang kematian. Semoga kita selalu ingat dan bisa mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin akan sesuatu yang pasti datang kepada kita, siapa lagi kalau bukan KEMATIAN.....
Padahal kematian adalah sesuatu yang pasti. Ya... kematian pasti datang untuk mengakhiri kehidupan duniawi. Dalam Al-Qur'an surat An-Nisa' ayat 78, Allah SWT berfirman : "Di mana saja kamu berada, kematian akan menemui kamu, walaupun kamu berada dalam benteng yang tinggi dan kokoh”. Dalam surat tersebut dijelaskan di manapun kita berada, jika sudah waktunya, kematian pasti akan datang menjemput kita. Nggak peduli kita lagi berada di sekolah, nggak peduli kita lagi berada di kampus, nggak peduli kita lagi makan di restoran, nggak peduli kita lagi tidur, nggak peduli kita lagi boker di WC, nggak peduli kita lagi asyik ajojing di diskotik, toh kalau sudah waktunya untuk mati, kita pasti mati.
Kematian pun nggak pernah tebang pilih. Siapa saja, entah presiden atau pesinden, entah penjual koran atau penjual kehormatan, entah masih anak-anak, entah masih remaja, kalau tiba saatnya kematian datang, maka nggak bisa ditunda lagi barang sedetik pun. "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan" [Al-Qur'an surat Al-Anbiyaa' ayat 35].
Saya seringkali memikirkan tentang kematian. Bagaimana kelak saya mati? khusnul khotimah atau suu-ul khotimah? Kapan saya mati? 100 tahun lagi kah? Mungkin besok atau mungkin sebentar lagi setelah saya nulis blog? Sudah cukupkah bekal yang saya bawa untuk menghadapi kematian? Jika saya mati, mungkinkah orang-orang yang saya kenal akan ingat dan rindu kepada saya? Saat saya mati nanti, apakah saya akan menyesali kehidupan saya?. Kurang lebih begitulah pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di kepala saya.
Menurut saya nggak salah dan nggak perlu takut untuk memikirkan kematian, karena kematian adalah sesuatu yang pasti. Saya, anda, dan semua orang yang hidup pasti akan mati. Kapan?? Tidak ada yang tahu kapan kematian akan datang, karena sejatinya kematian memanglah sebuah misteri dari Illahi. Sekarang masih sehat bugar, besok pagi bisa saya mati, sore hari masih main sepakbola, malamnya bisa saja mati, siang masih tertawa riang gembira, sorenya bisa saja mati. Sepertinya bijaksana jika kita mempersiapkan sesuatu yang nggak pasti [kehidupan] untuk sesuatu yang pasti [kematian] dengan sebaik mungkin. Nggak perlu saya jelaskan bagaimana mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian. Saya kira anda lebih tahu dan lebih paham dari saya.
Kalau sudah mati, paling-paling yang kita bawa cuma kain kafan putih yang harganya murah meriah. Jaket, sepatu, baju bermerk, motor, mobil, perhiasan yang mahal nggak ikut dibawa. Sendiri di dalam tanah, istri atau suami atau pacar tercinta nggak bakal mau ikut masuk ke dalam tanah. Teman dan sahabat yang sejati pun hanya mengantar sampai kuburan saja, nggak mau menemani sampai masuk ke dalam liang lahat.
".....Tumrap kanggo kabeh manungso. Gelem ora gelem bakal digowo. Dianggoni sandangan putih. Yen wes budal ora iso mulih. Tumpak'ane kereto jowo. Roda papat rupo manungso. Jujukane omah guwo. Tanpo bantal tanpo kloso. Omahe ora ono lawange. Turu ijen ora ono kancane. Ditutupi anjang-anjang. Diurug lan disiram kembang..." [lupa terusannya gimana hehehe], begitulah kurang lebih isi syair Jawa yang menggambarkan tentang kematian. Semoga kita selalu ingat dan bisa mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin akan sesuatu yang pasti datang kepada kita, siapa lagi kalau bukan KEMATIAN.....
1 Komentar:
Peh,pdal yo ngrti..tp kok gk d pahami mbek awakmu bim?
Post a Comment