"Berkhayal lah seluas biru langit, berpikir lah sedalam biru laut, horizontal sama rata sama rasa. Buka jendelamu lalu pandanglah, buka pintumu ayo keluarlah, bebas lepas lepaskan kebebasan. Jangan takut keluarlah, hadapi dunia dengan menari" [Slank Dance].

Friday 28 March 2014

(Mencoba) Mendaki Gunung Raung *Edisi Tersesat

Untuk cerita pendakian kali ini saya nggak akan terlalu banyak cerita. Langsung ke intinya saja ya. Jadi begini ceritanya, tanggal 09 Mei 2013 (inget tahun 2013, dan sekarang sudah tahun 2014...!!), saya bersama Dayat berencana mendaki ke Gunung Raung yang terletak di batas 2 kabupaten, yakni Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi - Jawa Timur.
Saat di pos perijinan, Ibu Endang, sang juru perijinan mengatakan bahwa kami berdua adalah orang pertama yang akan menuju ke sana, karena beberapa bulan kemarin pendakian ke Gunung Raung sempat ditutup terkait dengan kondisi gunung yang bergejolak. Nah, Ibu Endang juga mendapat informasi dari warga sekitar bahwa jalur pendakian sudah mulai nggak jelas, karena rumput dan semak-semak sudah mulai tinggi. Untuk itu kami berdua diharapkan hati-hati, jika sewaktu di perjalanan nanti hati merasa tidak pas, mending kembali ke pos perijinan daripada tetap melanjutkan perjalanan. Berbekal peralatan mendaki komplit plus sebuah peta dari pos perijinan, kami pun mulai berangkat.
Sejak awal perjalanan sebenarnya kami sudah mulai bingung, tanda-tanda jalur pendakian masih belum ada, kami berpikir mungkin karena masih menyusuri ladang-ladang penduduk, jadi tanda jalur pendakian tidak terlalu dibutuhkan. Beberapa kali kami tanya ke penduduk sekitar yang sedang meladang ke mana arah jalur pendakian. Sampai akhirnya senja hari kami pun lepas dari ladang penduduk dan mulai memasuki area hutan. Kami memutuskan untuk mendirikan tenda.
Esok harinya perjalanan kami lanjutkan, sampai di persimpangan jalan kami sempat bingung, lihat peta pun bingung hahaha. Jalan ke kanan jalurnya tidak jelas, tidak ada tanda-tanda jalur pendakian. Jalan lurus jalur jalan setapak terlihat jelas. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk lurus saja.
Kami ikuti terus jalan setapak tadi, melewati pohon-pohon besar, melewati rumput ilalang yang tinggi, melewati semak-semak belukar, tapi tanda-tanda keberadaan pos seperti yang digambarkan di peta nggak ada sama sekali. Sore hari kami memutuskan mencari tempat untuk mendirikan tenda. Malam hari kami rapat dan mendapat kesimpulan bahwa kami TERSESAT hahaha.... Sepertinya jalur yang kami lalui adalah arah ke Gunung Suket, bukan ke Gunung Raung. Yeah... perfect...!!
(Walau tersesat masih saja sempat berfoto-foto ria... Itulah kami hahaha)

Pagi hari baru terlihat posisi Gunung Raung berada di sisi kanan lembah (sementara kami berada di sisi kiri lembah), hal itu semakin membuat kami yakin, bahwa kami memang TERSESAT ngik... Akhirnya kami memutuskan untuk kembali saja ke pos perijinan. Sewaktu pulang pun kami sempat kebingungan karena rasa-rasanya jalan yang dilalui saat berangkat nggak sama dengan saat kami pulang pada waktu itu hahaha. Banyak jalan-jalan kecil, yang sepertinya merupakan jalan orang pencari kayu. Yeah... perfect. Seperti biasa, saat bingung melanda, kami orientasi medan. Keril ditaruh, rokok dinyalakan, kami berpencar menjadi jalur yang tepat. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga. Lanjut jalan, sampai di pertigaan (di mana saat berangkat kami kebingungan) kami temui tanda jalur pendakian ke arah kanan (bukan lurus). Lhoh?? Pas kami berangkat ini tanda pita nggak ada, kok sekarang ada?? Masih baru ini. Wah kok baru dipasang ya?? Hehehe... memasuki ladang penduduk, tanda pita jalur pendakian masih ada. Kami masih terus saja lanjut jalan, lanjut jalan, dan terus lanjut jalan.
Akhirnya sampai juga di pos perijinan, di sana kami bercerita apa adanya ke Ibu Endang, bahwa kami nggak sampai ke Gunung Raung, tetapi kami TERSESAT 2 hari di dalam hutan hehehe. Kami juga sempat menanyakan perihal tanda pita yang kami temui saat perjalanan pulang. Ibu Endang pun menjelaskan, bahwa pita-pita itu baru dipasang kemarin, karena hari ini ada tamu pendaki mancanegara, kalo' nggak salah dari Perancis atau Belanda ya?? Ah lupa... Saya pun mbatin, haduuuww, giliran kami mendaki dibiarkan aja, giliran ada tamu dari luar negeri, baru deh tanda jalur pendakian dipasang hahaha.
Tapi nggak apa-apalah, masih banyak hikmah yang bisa diambil, diantaranya kami masih bisa menikmati pemandangan alam yang indah, bisa belajar lebih dalam lagi mengatasi masalah tersesat (point utamanya sih jangan bingung hehe), dan tentunya suatu saat kami akan kembali lagi untuk mencoba mendaki ke Gunung Raung. Wassalam.

share on facebook

0 Komentar:

Post a Comment