"Berkhayal lah seluas biru langit, berpikir lah sedalam biru laut, horizontal sama rata sama rasa. Buka jendelamu lalu pandanglah, buka pintumu ayo keluarlah, bebas lepas lepaskan kebebasan. Jangan takut keluarlah, hadapi dunia dengan menari" [Slank Dance].

Sunday 30 March 2014

Pesona Pantai Bandealit


Pernah dengar nama Pantai Bandealit?

Mungkin bagi warga Kabupaten Jember, nama Pantai Bandealit sudah tidak asing lagi. Yup... Pantai Bandealit merupakan salah satu daya tarik wisata alam Kabupaten Jember. Pantai Bandealit terletak di Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember. Secara geografis pantai ini terletak di sisi selatan Kabupaten Jember, yang merupakan bagian dari area konservasi Balai Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) Kabupaten Jember, masih satu gugusan dengan kawasan wisata alam Teluk Hijau dan Pantai Sukamade yang terletak di Kabupaten Banyuwangi.
Lalu apa bedanya Pantai Bandealit dengan pantai-pantai lain di Kabupaten Jember, seperti Pantai Watu Ulo atau Pantai Papuma?? Wuaaa... Juelas beda...!! Pantai Bandealit merupakan pantai yang bersih dan alami, bisa saya simpulkan bahwa kawasan wisata Pantai Bandealit benar-benar menyuguhkan pemandangan dan suasana alam yang masih "perawan", beda dengan tempat wisata lain.

Pada tahun 2012 dulu, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi Pantai Bandealit dan nge-camp semalam di sana. Saya ke Pantai Bandealit bersama 4 orang teman saya. Transportasi yang kami gunakan adalah sepeda motor. Beberapa kilo sebelum sampai ke Pantai Bandealit, kami harus melewati jalan makadam yang cukup membuat pengendara sepeda motor terpontang-panting.Akan tetapi lelahnya perjalanan kami nyatanya bisa terbalas oleh keindahan Pantai Bandealit. Pemandangan birunya laut pantai selatan dengan deburan ombaknya yang khas mampu membuat kami sejenak melupakan lelah. Awesome...!!
Selain untuk menikmati indahnya suasana pantai, tujuan kami ke Pantai Bandealit adalah untuk memancing ikan.

Sesaat setelah sampai di pantai dan puas memanjakan mata, kami segera menyusuri pasir pantai yang bersih menuju ke tumpukan batu karang untuk memulai kegiatan memancing. Peralatan pancing sudah dikeluarkan, dan kegiatan memancing pun dimulai. Saat itu saya sendiri kurang begitu tertarik untuk ikut kegiatan memancing, saya lebih tertarik untuk mendokumentasikan kegiatan teman-teman saya, dan tentunya mendokumentasikan keindahan Pantai Bandealit itu sendiri dengan kamera yang sudah saya bawa. Di sela-sela kegiatan dokumentasi, saya sempatkan untuk mengeluarkan kompor lapangan guna membuat kopi. Kopi sudah jadi sesuai jumlah orang yang ada, dan siap disruput. Maknyus tenan.
Sampai sore hari teman-teman yang memancing ternyata tidak mendapatkan hasil sama sekali hehehe. Akhirnya diputuskan kegiatan memancing disudahi, kami segera bergegas pindah untuk mencari tempat mendirikan tenda. Setelah tenda berdiri, kami pun duduk di atas pasir, menikmati indahnya sunset Pantai Bandealit. Terasa begitu damai.
Malam hari pun tiba, paman salah satu teman saya yang memang berdomisili di dekat Pantai Bandealit datang sambil membawa bungkusan nasi, beberapa gelas air mineral, dan jala. Hohoho... sepertinya kegiatan mencari ikan di malam hari ini akan terasa lebih seru. Tiga orang teman saya ikut menjala ikan, sementara saya dan satu orang lagi bertugas menjaga tenda dan menyibukkan diri memasak mie instan plus segelas kopi untuk makan malam. Para pencari ikan sudah datang dengan membawa beberapa ikan kecil yang kemudian langsung kami bakar dan kami santap. Nikmatnyoo...!!
Malam semakin larut, kemudian kami memutuskan untuk beristirahat di dalam tenda, dengan iringan suara debur ombak, dinginnya angin laut, dan terkadang suara rusa-rusa yang turun dari dalam hutan untuk mencari minum di aliran sungai yang menuju ke pantai, kami semua pun terlelap.

Pagi hari menjelang, keindahan Pantai Bandealit semakin jelas menampakkan wujudnya. Berteman segelas kopi dan sebungkus rokok saya duduk di atas pasir memandang lautan lepas. Sementara beberapa teman ada yang masih mencoba peruntungan melemparkan kail pancing ke pantai hehehe. Pandangan saya alihkan ke atas, tampak Elang Jawa terbang bebas berputar-putar. Cool...!! Seperti yang telah saya sebutkan di awal tadi, bahwasannya Pantai Bandealit merupakan area konservasi Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) Kabupaten Jember, jadi di sini "bermukim" pula aneka flora dan fauna yang dilindungi, seperti Elang Jawa, Rusa, Banteng, bunga Rafflesia, dan lain sebagainya.
Beberapa saat kemudian, salah satu teman saya mengajak untuk berjalan-jalan ke Goa Jepang. Mulailah kami berdua berjalan menyusuri pantai ke arah barat. Melintasi beberapa batu karang, kemudian masuk lewat jalan setapak menyusuri rimbunan pohon dan semak-semak, sampailah kami di Goa Jepang. Sebuah bangunan bekas milik tentara Jepang saat jaman penjajahan dulu. Bangunan ini digunakan sebagai pos pemantau laut dan pantai untuk jaga-jaga serta waspada kalau-kalau ada kapal laut yang datang. Saya sempatkan masuk ke dalam bangunan, dan ternyata memang benar, dari sebuah celah mirip jendela yang ada pada bangunan tersebut, kita bisa bebas melihat lautan luas yang jauh berada di depan sana. Keren hehehe.
Tidak lama kemudian, kami memutuskan untuk kembali ke tenda. Sesampainya di tenda, kami semua berkemas dan mengumpulkan sampah-sampah bungkus mie instan bekas acara masak-masak semalam untuk nantinya kami buang di tempat sampah. Yaa... sebenarnya kita-kita sebagai pengunjung tempat wisata punya andil yang cukup besar untuk tetap menjaga kebersihan, kenyamanan, dan keasrian sebuah tempat wisata. Setuju?!
Berkemas-kemas sudah selesai. Selanjutnya kami ambil motor yang kami parkir di belakang tenda dan melanjutkan perjalanan untuk kembali pulang ke rumah. Terima kasih atas eksotisme dan keindahan Pantai Bandealit, terima untuk teman-teman semua atas kebersamaannya, dan terima kasih untuk Bapak Nasir (paman teman saya) yang ikut menemani dan mencarikan kami ikan sebagai tambahan menu makan malam.

"Tulisan ini didedikasikan untuk Jember dan Firman Yursak"

share on facebook

0 Komentar:

Post a Comment